Sayasangat tersentuh ketika membaca kesaksian pengalaman pribadi Bo yang sangatluar biasa...
Bukansemata karena mukjizat itu sendiri....
Tapiterlebih, karena saya pribadi pun mempunyai pengalaman yang sama seperti yang dialamioleh Bo...
Dansecara jujur saya katakan pada Anda, bukan hanya sekali dua kali...
Karenaitu saya pribadi sungguh percaya...
MukjizatTuhan itu sungguh nyata...
MukjizatTuhan dapat dialami oleh siapapun...oleh setiap orang yang sungguh berharap danpercaya kepadaNya.
MaukahAnda mengalami mukjizat itu dalam hidup Anda?
Lakukanlahapa yang Ia katakan...niscaya, mukjizat itu akan terjadi dalam hidup Anda juga.
Godbless.
inChrist,
Jessica
-----------------------------------------------------------------------------------------------
INGINLEBIH BANYAK MUKJIZAT?
BERSIKAPLAHMURAH HATI
Ini terjadi sekitar dua puluh tahun lalu.
Suatu hari, saya menyadari saya hanya mempunyai 9.000 Peso dalam tabungan saya,terlipat dengan aman di dalam laci meja saya. Di samping itu, saya punya700 Peso di dompet saya. Hanya itu. Semua yang berharga yang sayamiliki. Jumlah keseluruhan dari kekayaan saya! Saya adalah"Pimpinan Direksi" termiskin yang pernah ada di seluruh dunia. (Sayaadalah Pimpinan dari dua organisasi pelayanan.)
Sekitar pukul sembilan pagi itu, seorang teman menelepon dan mengatakan padasaya bahwa anak perempuannya masuk rumah sakit, dan ia membutuhkan 9.000 Peso,segera!
Saya ingin bertanya padanya, "Apakah kamu yakin jumlahnya bukan 9.700 Peso?"
Saya menutup mata dan bertanya pada Tuhan apa yang harus saya lakukan.Dan sejelas cerahnya mentari pagi, saya merasa Ia mengatakan pada saya dalamhati, "Berikan padanya."
Maka saya memberitahu teman saya dengan nada seriang mungkin, "Ambil uangmu disini," sambil menyembunyikan kekuatiran saya. Di dalam benak saya, sayasudah membayangkan konsekuensi tersuram dari keputusan saya. Hidup hanyadengan 700 Peso berarti tidak makan pizza favorit saya.
Beberapa menit kemudian, seorang teman lain mengetuk pintu depan kami,menangis, dan memberitahu saya tentang masalah keluarganya. Dan berakhirdengan permohonannya yang sangat gugup, "Bo, dapatkah kamu meminjamkan saya 500Peso?"
Saya mulai tertawa. "Bukan 700 Peso?"
Ia menggelengkan kepalanya, bingung dengan pertanyaan saya. Sayamengeluarkan dompet dan memberinya 500 Peso. (Ketika dompet Anda dalamkeadaan sangat tipis, tindakan sederhana itu sangat sulit dilakukan!)Tapi ketika saya melakukannya, secarik kertas kecil yang terlipat dan kumalmuncul dari dalam dompet saya. Saya menariknya dan tidak dapatmempercayai mata saya: Itu adalah lembaran 500 Peso lain!
Dari mana munculnya itu? Begitu tiba-tiba, saya merasa Tuhan sedangmengatakan pada saya bahwa ini adalah waktunya "mukjizat" terjadi.
Dalam kegirangan, saya sangat ingin segera memberikan 9.000 Peso saya.(Siapa tahu apa yang akan muncul begitu saya melakukannya?)
Saya masuk ke kamar dan mengambil lipatan uang saya dari laci – danmemasukkannya dalam sebuah amplop. Tapi sebelum saya melekatkannya, sayaberpikir untuk menghitung ulang uang cash tersebut.
Saya menghitung, "Seribu...dua ribu...tiga ribu...empat ribu..." Saya mulaimenangis ketika saya menghitung, "sepuluh ribu...sebelas ribu...dua belas ribu...tigabelas ribu...empat belas ribu... limabelas ribu!"
Sampai hari ini, saya tidak tahu dari mana datangnya kelebihan uang tersebut.Mungkin saya salah hitung pada awalnya. Namun apapun alasannya, itu tidakmasalah. Yang saya tahu adalah Tuhan sedang mengatakan pada saya sebuahpesan yang sangat sederhana, sebuah pesan yang masih saya simpan dalam hatisaya hingga hari ini – "Ketika saya memberi, Tuhan akan memelihara saya."
Saya berlutut dan berkata, "Terima kasih Tuhan. Engkau masih ingin sayamakan pizza."
Alam Semesta Adalah Sebuah Cermin Raksasa
Saya tidak akan pernah melupakan pelajaran itu dalam hidup saya.
Hidup adalah sebuah cermin. Jika saya tersenyum pada cermin, cermin akantersenyum kembali pada saya. Jika saya berkernyit, cermin akan berkernyitjuga. Saya tidak tahu bagaimana Anda, tapi saya akan merasa kuatir jukasaya tersenyum pada cermin dan cermin itu balik berkernyit. Alamak.
Alam semesta beroperasi seperti sebuah cermin raksasa. Apa yang sayaberi, saya terima. Kebanyakan dari apa yang terjadi pada saya sebenarnyahanyalah sebuah cerminan dari apa yang saya berikan kepada alam semesta.
Orang-orang bertanya pada saya mengapa hidup saya begitu diberkati. Satualasan adalah karena saya memberi.
Saya teringat satu kisah lama yang ingin saya bagikan pada Anda...
Perjalanan Ke Yerusalem
Ketika saya berusia 16 tahun, saya memenangkan sebuah perjalanan ke Yerusalemdari sebuah Kuis Alkitab di TV nasional. Bukan "Perjalanan ke Yerusalem"dimana anak-anak mengelilingi sederetan kursi. (Itu adalah cara orangFilipin menyebut permainan "kursi musikal".) Saya betul-betul memenangkansebuah perjalanan ke Israel.
Itu merupakan pertama kalinya saya pergi ke Israel, dan saya bepergiansendirian selama 41 hari, mengunjungi 20 kota di seluruh Eropa.
Ternyata, sebagai seorang backpacker (seorang yang bepergian hanyadengan membawa ransel) berusia 16 tahun, saya merasa takut dan gembira padasaat yang bersamaan. Ibu saya menjahit sebuah kantong tersembunyi dalamkaos kaki saya dan memasukkan dollar saya di sana . Karena uang saya tidakbanyak. Instruksinya pada saya, "Jangan tinggal di hotel, tinggal dibiara. Jangan makan di restoran, beli makanan dan makanlah di kursitaman."
Perhentian pertama saya adalah Athena, Yunani.
Saya duduk di bandara, menunggu penerbangan saya ke Israel , ketika seorang wanita yangagak gemuk (oke, betul-betul gemuk) berjalan ke arah saya dengan membawa duakoper besar.
Saya bermaksud membantu. Saya berkata, "Maaf, bolehkah saya bantumembawakan barang-barang Anda?"
Ia tidak mengerti sepatah katapun dari apa yang saya katakan.
Saya bisa sedikit bahasa Spanyol, maka saya bertanya, "Puedo llevar tus cosas?"
Ia tidak mengerti juga.
Sebagai seorang karismatik, saya tergoda untuk berbicara dalam bahasaRoh. Tapi memutuskan untuk tidak melakukannya. Sebaliknya, sayamenggunakan bahasa umum.
Saya mengangkat tangan saya seolah sedang membawa dua koper.
Dengan segera, ia mengerti. Ia menyerahkan kopernya pada saya, mungkinberpikir bahwa saya adalah seorang petugas yang membawakan barang.
Kemudian saya memindahkan tangan saya seperti sebuah pesawat, dan membuat suara"whoooo", and berkata, "Yerusalem."
Wajahnya bersinar. Ia melakukan gerakan tangan yang menggambarkan sebuahpesawat, membuat suara "whoooo" seperti pesawat, dan berkata,"Yerusalem!" Kami sedang menuju ke tempat yang sama.
Kami berjalan ke counter penerbangan. Saya memberi tiket saya dan stafpria yang sopan itu pun memberi boarding pass saya. Saya sudah siap untukterbang.
Kemudian giliran wanita tersebut. Ia memberikan tiketnya dengan sebuahsenyuman. Pria itu membaca tiketnya, menggelengkan kepalanya, danberkata, "Maafkan saya Bu, tiket ini kadaluwarsa. Anda tidak dapat naikpesawat ini."
" Belikan Ia Sebuah Tiket!"
Ia tidak dapat mengerti apa yang dikatakan staf pria tersebut.
Mereka memerlukan seorang penterjemah, entah bahasa apa, untuk mengatakan padawanita itu bahwa ia perlu membeli sebuah tiket baru jika ia ingin terbang.
Dengan berlinang air mata, wanita itu mengatakan pada mereka bahwa ia tidakpunya uang. Dan bahwa ini juga merupakan perhentian baginya, maka ia terdampar.Pria di belakang loket mengangkat tangan tanda menyerah, mengatakan padanyamereka tidak dapat melakukan apapun terhadap hal itu.
Ia mengambil kopernya dari saya. Ia berjalan ke sudut bandara, duduk, danmenangis dengan keras.
Saya memperhatikannya dari jauh. Bagaimana mungkin saya meninggalkannyaseperti ini? Tapi apa yang dapat dilakukan seorang bocah berumur 16tahun?
Maka saya berdoa, "Tuhan, apa yang Engkau ingin saya lakukan?"
Saya belajar bahwa itu adalah suatu pertanyaan yang sangat berbahaya untukditanyakan. Jangan dilakukan sambil lalu.
Karena dalam hati saya, saya merasa Tuhan berkata pada saya, "Belikan ia sebuahtiket." Itu betul-betul gila! Tidakkah Ia tahu bahwa dollar saya adadalam kaos kaki saya?
Saya menghampiri pria di loket itu dan bertanya, "Berapa harga tiket ke Israel?" Ia menjawab, "256 Dollar."
Glek.
Namun saya tahu dalam hati saya bahwa saya harus melakukannya.
Sebuah Mukjizat Terjadi
Saya menghampiri wanita yang sedang menangis itu.
Lewat bahasa isyarat, saya mengatakan padanya saya akan membelikannya sebuahtiket. (Saya menepuk saku belakang saya dan melakukan aksi pesawat dengantangan saya lagi.) Ia dapat mengerti saya dengan segera. Ialangsung melompat kegirangan dan memeluk saya. Saya lenyap dalampelukannya.
Dengan perlahan, saya menurunkannya. Saya memeriksa kalau-kalau adatulang yang patah dan ternyata tak ada. Kami berdua berjalan menuju keloket.
"Pak," saya menyatakan, "Saya akan membelikan sebuha tiket untuk wanita ini."
Pria itu terkejut. Ia bertanya, "Apakah Anda mengenalnya?"
"Tidak, saya tidak kenal. Saya baru bertemu dia di sini."
Ia menggelengkan kepalanya. "Apakah Anda kaya?"
Saya tersenyum. "Tidak. Tapi Bapa saya kaya!"
Ia tidak ingin menjual tiket pada saya. Ia memanggil atasannya.Dalam beberapa menit, pria itu berjalan masuk beriringan dan keduanyamemperdebatkan situasi kami.
Pada akhirnya, ketika penerbangan kami sudah tiba waktunya, saya pikir sayamendengar atasannya mengeluh dengan kesal dan berkata, "Oke. Biarkanwanita ini terbang. Tapi jangan biarkan pria bodoh ini membayar!"
Saya tidak dapat mempercayai hal tersebut. Mereka membiarkan wanita initerbang gratis. Dollar saya tetap tersimpan dengan aman di dalam kaoskaki saya.
Kami berdua masuk ke dalam pesawat. Kami bahkan duduk berdampingan danberdoa bersama.
Saya berusia enam belas ketika ini terjadi.
Anda dapat membayangkan dampak dari kejadian ini dalam kehidupan masa mudasaya. Saya belajar bahwa jika kita memberi, Tuhan akan memelihara.Saya belajar bahwa memberi akan membuka hidup saya terhadap mukjizatNya.
Itulah sebabnya hingga hari ini, memberi sudah menjadi suatu gaya hidup.
Teman Saya Berpenghasilan 1,5 Juta PesoDalam Satu Hari
Minggu lalu, saya menulis tentang seorang teman yang memberitahu saya bahwaingin mendonasikan 1 juta Peso untuk membangun sebuah rumah Anawim,pelayanan kami bagi para lansia. Rumah itu akan menampung 20 opa dan omayang kami jemput dari jalanan.
Ia memberitahu saya tentang keinginannya untuk memberikan donasi padasuatu hari Minggu.
Pada hari Senin, ia mengirimkan sebuah pesan pada saya. Ia sangatterkejut karena dari salah satu sumber penghasilannya, ia mendapatkanpenghasilan sebesar 1,5 juta Peso pada hari itu!
Bicara tentang penyediaan secara instan.
Saya percaya mukjizat terjadi ketika kita memberi.
Beri dan alami lebih banyak mukjizat terjadi dalam hidup Anda.
Semoga impian Anda menjadi kenyataan,
Bukansemata karena mukjizat itu sendiri....
Tapiterlebih, karena saya pribadi pun mempunyai pengalaman yang sama seperti yang dialamioleh Bo...
Dansecara jujur saya katakan pada Anda, bukan hanya sekali dua kali...
Karenaitu saya pribadi sungguh percaya...
MukjizatTuhan itu sungguh nyata...
MukjizatTuhan dapat dialami oleh siapapun...oleh setiap orang yang sungguh berharap danpercaya kepadaNya.
MaukahAnda mengalami mukjizat itu dalam hidup Anda?
Lakukanlahapa yang Ia katakan...niscaya, mukjizat itu akan terjadi dalam hidup Anda juga.
Godbless.
inChrist,
Jessica
-----------------------------------------------------------------------------------------------
INGINLEBIH BANYAK MUKJIZAT?
BERSIKAPLAHMURAH HATI
Ini terjadi sekitar dua puluh tahun lalu.
Suatu hari, saya menyadari saya hanya mempunyai 9.000 Peso dalam tabungan saya,terlipat dengan aman di dalam laci meja saya. Di samping itu, saya punya700 Peso di dompet saya. Hanya itu. Semua yang berharga yang sayamiliki. Jumlah keseluruhan dari kekayaan saya! Saya adalah"Pimpinan Direksi" termiskin yang pernah ada di seluruh dunia. (Sayaadalah Pimpinan dari dua organisasi pelayanan.)
Sekitar pukul sembilan pagi itu, seorang teman menelepon dan mengatakan padasaya bahwa anak perempuannya masuk rumah sakit, dan ia membutuhkan 9.000 Peso,segera!
Saya ingin bertanya padanya, "Apakah kamu yakin jumlahnya bukan 9.700 Peso?"
Saya menutup mata dan bertanya pada Tuhan apa yang harus saya lakukan.Dan sejelas cerahnya mentari pagi, saya merasa Ia mengatakan pada saya dalamhati, "Berikan padanya."
Maka saya memberitahu teman saya dengan nada seriang mungkin, "Ambil uangmu disini," sambil menyembunyikan kekuatiran saya. Di dalam benak saya, sayasudah membayangkan konsekuensi tersuram dari keputusan saya. Hidup hanyadengan 700 Peso berarti tidak makan pizza favorit saya.
Beberapa menit kemudian, seorang teman lain mengetuk pintu depan kami,menangis, dan memberitahu saya tentang masalah keluarganya. Dan berakhirdengan permohonannya yang sangat gugup, "Bo, dapatkah kamu meminjamkan saya 500Peso?"
Saya mulai tertawa. "Bukan 700 Peso?"
Ia menggelengkan kepalanya, bingung dengan pertanyaan saya. Sayamengeluarkan dompet dan memberinya 500 Peso. (Ketika dompet Anda dalamkeadaan sangat tipis, tindakan sederhana itu sangat sulit dilakukan!)Tapi ketika saya melakukannya, secarik kertas kecil yang terlipat dan kumalmuncul dari dalam dompet saya. Saya menariknya dan tidak dapatmempercayai mata saya: Itu adalah lembaran 500 Peso lain!
Dari mana munculnya itu? Begitu tiba-tiba, saya merasa Tuhan sedangmengatakan pada saya bahwa ini adalah waktunya "mukjizat" terjadi.
Dalam kegirangan, saya sangat ingin segera memberikan 9.000 Peso saya.(Siapa tahu apa yang akan muncul begitu saya melakukannya?)
Saya masuk ke kamar dan mengambil lipatan uang saya dari laci – danmemasukkannya dalam sebuah amplop. Tapi sebelum saya melekatkannya, sayaberpikir untuk menghitung ulang uang cash tersebut.
Saya menghitung, "Seribu...dua ribu...tiga ribu...empat ribu..." Saya mulaimenangis ketika saya menghitung, "sepuluh ribu...sebelas ribu...dua belas ribu...tigabelas ribu...empat belas ribu... limabelas ribu!"
Sampai hari ini, saya tidak tahu dari mana datangnya kelebihan uang tersebut.Mungkin saya salah hitung pada awalnya. Namun apapun alasannya, itu tidakmasalah. Yang saya tahu adalah Tuhan sedang mengatakan pada saya sebuahpesan yang sangat sederhana, sebuah pesan yang masih saya simpan dalam hatisaya hingga hari ini – "Ketika saya memberi, Tuhan akan memelihara saya."
Saya berlutut dan berkata, "Terima kasih Tuhan. Engkau masih ingin sayamakan pizza."
Alam Semesta Adalah Sebuah Cermin Raksasa
Saya tidak akan pernah melupakan pelajaran itu dalam hidup saya.
Hidup adalah sebuah cermin. Jika saya tersenyum pada cermin, cermin akantersenyum kembali pada saya. Jika saya berkernyit, cermin akan berkernyitjuga. Saya tidak tahu bagaimana Anda, tapi saya akan merasa kuatir jukasaya tersenyum pada cermin dan cermin itu balik berkernyit. Alamak.
Alam semesta beroperasi seperti sebuah cermin raksasa. Apa yang sayaberi, saya terima. Kebanyakan dari apa yang terjadi pada saya sebenarnyahanyalah sebuah cerminan dari apa yang saya berikan kepada alam semesta.
Orang-orang bertanya pada saya mengapa hidup saya begitu diberkati. Satualasan adalah karena saya memberi.
Saya teringat satu kisah lama yang ingin saya bagikan pada Anda...
Perjalanan Ke Yerusalem
Ketika saya berusia 16 tahun, saya memenangkan sebuah perjalanan ke Yerusalemdari sebuah Kuis Alkitab di TV nasional. Bukan "Perjalanan ke Yerusalem"dimana anak-anak mengelilingi sederetan kursi. (Itu adalah cara orangFilipin menyebut permainan "kursi musikal".) Saya betul-betul memenangkansebuah perjalanan ke Israel.
Itu merupakan pertama kalinya saya pergi ke Israel, dan saya bepergiansendirian selama 41 hari, mengunjungi 20 kota di seluruh Eropa.
Ternyata, sebagai seorang backpacker (seorang yang bepergian hanyadengan membawa ransel) berusia 16 tahun, saya merasa takut dan gembira padasaat yang bersamaan. Ibu saya menjahit sebuah kantong tersembunyi dalamkaos kaki saya dan memasukkan dollar saya di sana . Karena uang saya tidakbanyak. Instruksinya pada saya, "Jangan tinggal di hotel, tinggal dibiara. Jangan makan di restoran, beli makanan dan makanlah di kursitaman."
Perhentian pertama saya adalah Athena, Yunani.
Saya duduk di bandara, menunggu penerbangan saya ke Israel , ketika seorang wanita yangagak gemuk (oke, betul-betul gemuk) berjalan ke arah saya dengan membawa duakoper besar.
Saya bermaksud membantu. Saya berkata, "Maaf, bolehkah saya bantumembawakan barang-barang Anda?"
Ia tidak mengerti sepatah katapun dari apa yang saya katakan.
Saya bisa sedikit bahasa Spanyol, maka saya bertanya, "Puedo llevar tus cosas?"
Ia tidak mengerti juga.
Sebagai seorang karismatik, saya tergoda untuk berbicara dalam bahasaRoh. Tapi memutuskan untuk tidak melakukannya. Sebaliknya, sayamenggunakan bahasa umum.
Saya mengangkat tangan saya seolah sedang membawa dua koper.
Dengan segera, ia mengerti. Ia menyerahkan kopernya pada saya, mungkinberpikir bahwa saya adalah seorang petugas yang membawakan barang.
Kemudian saya memindahkan tangan saya seperti sebuah pesawat, dan membuat suara"whoooo", and berkata, "Yerusalem."
Wajahnya bersinar. Ia melakukan gerakan tangan yang menggambarkan sebuahpesawat, membuat suara "whoooo" seperti pesawat, dan berkata,"Yerusalem!" Kami sedang menuju ke tempat yang sama.
Kami berjalan ke counter penerbangan. Saya memberi tiket saya dan stafpria yang sopan itu pun memberi boarding pass saya. Saya sudah siap untukterbang.
Kemudian giliran wanita tersebut. Ia memberikan tiketnya dengan sebuahsenyuman. Pria itu membaca tiketnya, menggelengkan kepalanya, danberkata, "Maafkan saya Bu, tiket ini kadaluwarsa. Anda tidak dapat naikpesawat ini."
" Belikan Ia Sebuah Tiket!"
Ia tidak dapat mengerti apa yang dikatakan staf pria tersebut.
Mereka memerlukan seorang penterjemah, entah bahasa apa, untuk mengatakan padawanita itu bahwa ia perlu membeli sebuah tiket baru jika ia ingin terbang.
Dengan berlinang air mata, wanita itu mengatakan pada mereka bahwa ia tidakpunya uang. Dan bahwa ini juga merupakan perhentian baginya, maka ia terdampar.Pria di belakang loket mengangkat tangan tanda menyerah, mengatakan padanyamereka tidak dapat melakukan apapun terhadap hal itu.
Ia mengambil kopernya dari saya. Ia berjalan ke sudut bandara, duduk, danmenangis dengan keras.
Saya memperhatikannya dari jauh. Bagaimana mungkin saya meninggalkannyaseperti ini? Tapi apa yang dapat dilakukan seorang bocah berumur 16tahun?
Maka saya berdoa, "Tuhan, apa yang Engkau ingin saya lakukan?"
Saya belajar bahwa itu adalah suatu pertanyaan yang sangat berbahaya untukditanyakan. Jangan dilakukan sambil lalu.
Karena dalam hati saya, saya merasa Tuhan berkata pada saya, "Belikan ia sebuahtiket." Itu betul-betul gila! Tidakkah Ia tahu bahwa dollar saya adadalam kaos kaki saya?
Saya menghampiri pria di loket itu dan bertanya, "Berapa harga tiket ke Israel?" Ia menjawab, "256 Dollar."
Glek.
Namun saya tahu dalam hati saya bahwa saya harus melakukannya.
Sebuah Mukjizat Terjadi
Saya menghampiri wanita yang sedang menangis itu.
Lewat bahasa isyarat, saya mengatakan padanya saya akan membelikannya sebuahtiket. (Saya menepuk saku belakang saya dan melakukan aksi pesawat dengantangan saya lagi.) Ia dapat mengerti saya dengan segera. Ialangsung melompat kegirangan dan memeluk saya. Saya lenyap dalampelukannya.
Dengan perlahan, saya menurunkannya. Saya memeriksa kalau-kalau adatulang yang patah dan ternyata tak ada. Kami berdua berjalan menuju keloket.
"Pak," saya menyatakan, "Saya akan membelikan sebuha tiket untuk wanita ini."
Pria itu terkejut. Ia bertanya, "Apakah Anda mengenalnya?"
"Tidak, saya tidak kenal. Saya baru bertemu dia di sini."
Ia menggelengkan kepalanya. "Apakah Anda kaya?"
Saya tersenyum. "Tidak. Tapi Bapa saya kaya!"
Ia tidak ingin menjual tiket pada saya. Ia memanggil atasannya.Dalam beberapa menit, pria itu berjalan masuk beriringan dan keduanyamemperdebatkan situasi kami.
Pada akhirnya, ketika penerbangan kami sudah tiba waktunya, saya pikir sayamendengar atasannya mengeluh dengan kesal dan berkata, "Oke. Biarkanwanita ini terbang. Tapi jangan biarkan pria bodoh ini membayar!"
Saya tidak dapat mempercayai hal tersebut. Mereka membiarkan wanita initerbang gratis. Dollar saya tetap tersimpan dengan aman di dalam kaoskaki saya.
Kami berdua masuk ke dalam pesawat. Kami bahkan duduk berdampingan danberdoa bersama.
Saya berusia enam belas ketika ini terjadi.
Anda dapat membayangkan dampak dari kejadian ini dalam kehidupan masa mudasaya. Saya belajar bahwa jika kita memberi, Tuhan akan memelihara.Saya belajar bahwa memberi akan membuka hidup saya terhadap mukjizatNya.
Itulah sebabnya hingga hari ini, memberi sudah menjadi suatu gaya hidup.
Teman Saya Berpenghasilan 1,5 Juta PesoDalam Satu Hari
Minggu lalu, saya menulis tentang seorang teman yang memberitahu saya bahwaingin mendonasikan 1 juta Peso untuk membangun sebuah rumah Anawim,pelayanan kami bagi para lansia. Rumah itu akan menampung 20 opa dan omayang kami jemput dari jalanan.
Ia memberitahu saya tentang keinginannya untuk memberikan donasi padasuatu hari Minggu.
Pada hari Senin, ia mengirimkan sebuah pesan pada saya. Ia sangatterkejut karena dari salah satu sumber penghasilannya, ia mendapatkanpenghasilan sebesar 1,5 juta Peso pada hari itu!
Bicara tentang penyediaan secara instan.
Saya percaya mukjizat terjadi ketika kita memberi.
Beri dan alami lebih banyak mukjizat terjadi dalam hidup Anda.
Semoga impian Anda menjadi kenyataan,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar