Kamis, 23 September 2010

kebohongan seorang ibu

Apa sumber motivasi terbesar dalam hidup? Mungkin jawaban yang tepatadalah CINTA!! Cinta di sini bukan hanya berarti hubungan sepasanginsan berlainan jenis, namun lebih kepada cinta universal. Cintaseorang ibu / ortu pada anaknya atau sebaliknya.. Inilah kekuatanterbesar yang dimiliki yang bisa menjadi sumber motivasi bagi semuaorang.Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seoranganak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja,seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan bahagiannasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata :“Makanlah nak, aku tidak lapar” <span>———-KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA</span>

Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkanwaktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibuberharap dari ikan hasil pancingan, ia dapat memberikan sedikit makananbergizi untuk pertumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikanyang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibududuk disamping kami dan memakan sisa daging ikan yang masih menempeldi tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Akumelihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sudukudan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, iaberkata : “Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan” <span>———-KEBOHONGAN IBU YANG KE DUA </span>

Sekarang aku sudah masuk Sekolah Menengah, demi membiayai sekolahabang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotakmancis untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikituang untuk menutupi kepentingan hidup. Di kala musim sejuk tiba, akubangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecildan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak mancis. Akuberkata : “Ibu, tidurlah, sudah malam, besok pagi ibu masih haruskerja.” Ibu tersenyum dan berkata : “Cepatlah tidur nak, aku tidakpenat” <span>———-KEBOHONGAN IBU YANG KE TIGA</span>

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemanikupergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari,ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selamabeberapa jam. Ketika bunyi loceng berbunyi, menandakan ujian sudahselesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudahdisiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidakdapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihatibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibusambil menyuruhnya minum. Ibu berkata : “Minumlah nak, aku tidak haus!”<span>———-KEBOHONGAN IBU YANG KE EMPAT</span>

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkapsebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu,dia harus membiayai keperluan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kitapun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihatkondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang pakcik yang baik hatiyang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besarmaupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihatkehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untukmenikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkannasehat mereka, ibu berkata : “Saya tidak butuh cinta”<span> ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE LIMA</span>

Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolahdan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pencen. Tetapi ibu tidakmahu, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikitsayur untuk memenuhi keperluan hidupnya. Kakakku dan abangku yangbekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantumemenuhi keperluan ibu, tetapi ibu berkeras tidak mau menerima uangtersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : “Saya adaduit” <span>———-KEBOHONGAN IBU YANG KE ENAM</span>

Setelah lulus dari ijazah, aku pun melanjutkan pelajaran untuk buatmaster dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universititernama di Amerika berkat sebuah biasiswa di sebuah syarikat swasta.Akhirnya aku pun bekerja di syarikat itu. Dengan gaji yang lumayantinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika.Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mahu menyusahkan anaknya, iaberkata kepadaku : “Aku tak biasa tinggal negara orang” <span>———-KEBOHONGAN IBU YANG KE TUJUH</span>

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanser usus,harus dirawat di hospital, aku yang berada jauh di seberang samuderaatlantik terus segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Akumelihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalanipembedahan. Ibu yang kelihatan sangat tua, menatap aku dengan penuhkerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kakukarena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itumenjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering.Aku menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perit, sakit sekalimelihat ibuku dalam keadaan seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnyaberkata : “Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan”<span> ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE DELAPAN.</span>

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kelapan, ibuku tercintamenutup matanya untuk yang terakhir kalinya. Dari cerita di atas, sayapercaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekalimengucapkan : “Terima kasih ibu..!” Coba dipikir-pikir teman, sudahberapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakahkita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibukita? Di tengah-tengah aktiviti kita yang padat ini, kita selalumempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yangkesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah. Jikadibandingkan dengan pasangan kita, kita pasti lebih peduli denganpasangan kita. Buktinya, kita selalu risau akan kabar pasangan kita,risau apakah dia sudah makan atau belum, risau apakah dia bahagia biladi samping kita. Namun, apakah kita semua pernah merisaukan kabar dariorangtua kita? Risau apakah orangtua kita sudah makan atau belum? Risauapakah orangtua kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalauya, coba kita renungkan kembali lagi… Di waktu kita masih mempunyaikesempatan untuk membalas budi orangtua kita, lakukanlah yang terbaik.Jangan sampai ada kata “MENYESAL” di kemudian hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar