Hari ini, saya melewati jalan Kebon Sirih menuju ke arah Senen. Di lampu merah
dekat patung Tugu Tani, saya melihat ada anak muda yang cacat, berkursi roda
yang menjajakan koran dan majalah saat mobil berhenti karena lampu merah.
Pemandangan ini rasanya tidak asing bagi mereka yang selalu melewati lampu merah
itu...dan tentunya tidak asing pula bagi pemuda cacat penjaja koran itu. Tetapi
tidak halnya bagi saya. Saya tertegun melihatnya, sebab saya melihat keteguhan
dan keuletannya dalam bekerja dan berjuang untuk hidup. Dia dengan teguhnya
menelateni pekerjaannya dengan menjajakan koran. Sayapun teringat akan staff
saya yang hari ini saya PHK. Secara fisik, staff saya itu lebih sempurna, dan
lebih banyak hal yang bisa dilakukan. Tetapi saya tidak melihat bahwa dia mampu
mengolah semua yang dimilikinya. Seringkali saya sudah ajarkan dan beri arahan
kepadanya dan semuanya hanya sia-sia. Sampai akhirnya saya-pun bertanya : yang
bodoh itu saya yang tidak bisa ngajarin ataukah dia yang bodoh ? Rasanya semua
sudah saya lakukan, dan staff yang lainnya pun bisa menunjukkan hasil kerja yang
bagus, tetapi ada apa dengan dia ? Akhirnya saya menyadari bahwa dia tidak
berhasil karena dia selalu merasa bebannya terlalu berat dan sebenarnya ini
terjadi karena dia sering memoles diriku supaya dikasihani...dan membuat orang
lain simpati lewat keluh kesahnya, dan lewat muka masamnya seakan-akan persoalan
hidupnya ini berat.
Hari ini, dua orang sudah memberikan pelajaran berharga kepada saya. Pertama
dari staff yang saya PHK, dan kedua dari seorang penjaja koran yang cacat. Di
sini saya belajar bahwa apapun keadaan diri kita, maka janganlah pernah kita
berputus asa. Seetiap masalah pasti ada jalan keluarnya, asalkan kita mau
berusaha. Terus bersemangat dan menjadi orang yang pantas dihargai dan bukan
dikasihani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar